Pages

Sabtu, 11 Mei 2013

Faringitis


FARINGITIS
a.    Pengertian
Faringitis (dalam bahasa latin; pharyngitis), adalah sebuah penyakit yang menyerang tenggorokan atau faring (Merlina, 2011). Kadangkala juga disebut sebagai radang tenggorokan. Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau bakteri, disebabkan daya tahan yang lemah. Pengobatan dengan antibiotika hanya efektif apabila karena terkena bakteri. Biasanya disebabkan oleh bakteri streptokokus grup A. Namun bakteri lain seperti n. gonorrhoeae, c.diphtheria, h. influenza juga dapat menyebabkan faringitis. Apabila disebabkan oleh infeksi virus biasanya oleh rhinovirus, adenovirus, parainfluenza virus dan coxsackie virus. Dapat pula disebabkan oleh berbagai faktor pendukung seperti adanya rangsangan oleh asap, uap dan zat kimia.
Faringitis akut merupakan penyakit menular yang dapat ditularkan melalui percikan saliva. Faktor predisposisi yang membantu timbulnya penyakit flu, yaitu turunnya daya tahan tubuh karena infeksi virus (seperti virus influenza), flu, makanan kurang bergizi, konsumsi, alkohol yang berlebihan, gejala dari penyakit scarlet fever, pneumonia, pertusis dan sebagainya. Faringitis akut dapat mengakibatkan rasa sakit pada tenggorokan, perasaan tidak nyaman, nyeri atau rasa gatal pada tenggorokan.

b.   Klasifikasi
a.    Berdasarkan lama berlangsungnya
Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh  virus dan bakteri yaitu streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang masih berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk.Faringitis ini terjadinya masih baru,belum berlangsung lama.
Faringitis kronis adalah radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok.Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan berdebu,menggunakan suara berlebihan, menderita batu kronik, dan kebiasan menkonsumsi alcohol dan tembakau. Faringitis kronik dibagi menjadi 3, yaitu: Faringitis hipertrofi,ditandai dengan penebalan umum dan kongesti membran mukosa. Faringitis atrofi  merupakan tahap lanjut dari faringitis hipertrofi (membran tipis, keputihan,licin dan pada waktunya berkerut). Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan folikel limfe pada dinding faring (Merlina, 2011).

c.    Etiologi
Faringitis akut memberikan konstribusi 40 juta kunjungan penderita berobat ke tenaga kesehatan tiap tahunnya. Sebagian besar anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 infeksi saluran nafas atas (termasuk didalamnya faringitis akut) tiap tahunnya. Faringitis dapat menular melalui udara yaitu melalui percikan saliva/ludah dari orang yang menderita faringitis akut. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh virus dan bakteri, dipermudah oleh adanya rangsangan seperti asap, uap dan zat kimia.
Ada tiga penyebab radang tenggorokan yang gejalanya dapat berupa rasa sakit di bagian tersebut, susah menelan, susah bernapas, batuk, dan demam. Ada kalanya terjadi pembengkakan di leher. Penyebabnya adalah infeksi, iritasi atau alergi. Sekitar 90% dari kasus radang tenggorokan yang disertai hidung berair, demam, dan nyeri telinga disebabkan oleh virus. Bakteri menjadi penyebab dari 10% kasus sisanya (Merlina, 2011).
Biasanya penyakit ini didahului oleh virus. Virus yang menyebabkan faringitis akut sama seperti virus yang menyebabkan tonsilitis akut, yaitu : adeno virus, ECHO virus influenza dan herpes.
Bakteri penyebab faringitis akut 25% disebabkan oleh bakteri Streptokokus β haemolitikus group A. Selain itu dapat juga disebabkan oleh Streptokokus non haemolitikus, pneumokokus, basil influenza, Stafilococcus dan diphteroid.
Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh yang disebabkan infeksi virus influenza, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan, gejala predormal dari penyakit scarlet fever dan seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang menderita sakit tenggorokan atau demam.
Gejala infeksi bakteri Streptokokus adalah tenggorokan yang berwarna merah daging dan tonsil yang mengeluarkan cairan. Untuk mendiagnosis bakteri ini sebagai penyebab secara pasti adalah dengan melakukan usap tenggorok untuk kemudian dikultur serta dilakukan pemeriksaan darah.
Infeksi
Infeksi yang menyebabkan radang tenggorokan bisa bersumber dari 3 hal, yakni kesehatan mulut dan gigi, amandel sebagai sumber infeksi, dan sinusitis.
Kurang menjaga kebersihan bagian mulut, khususnya gigi, dapat menyebabkan radang tenggorokan. Gigi yang busuk atau berlubang menjadi tempat berkumpulnya bakteri. Bakteri inilah yang kemudian masuk ke dalam tenggorokan dan menyebabkan infeksi. Untuk mencegahnya, harus rajin menjaga kebersihan mulut dan gigi. Kalau ada gigi yang busuk atau berlubang, harus langsung ditangani. Misalnya, ditambal atau dicabut.
Infeksi pada amandel juga dapat menyebabkan terjadinya radang tenggorokan. Amandel sebenarnya sangat berfungsi pada anak usia 4 10 tahun karena ia merupakan bagian dari pertahanan tubuh. Terutama pernapasan bagian atas. Amandel yang sudah tidak berfungsi lagi akan menjadi tempat berkumpulnya bakteri sehingga menyebabkan infeksi pada tenggorokan.
Sumber ketiga penyebab infeksi tenggorokan adalah sinusitis. Setiap orang punya beberapa pasang organ yang disebut sinus paranasal, ada di pipi, di dekat mata, di dahi, dan di dekat otak. Jika organ ini meradang, itu yang disebut sinusitis. Pada orang dengan sinusitis kronis, lendir akan terus-menerus mengalir di belakang tenggorokan dan hidung. Hal ini menimbulkan iritasi ke tenggorokan dan menyebabkan radang.
              Iritasi
                        Iritasi juga bisa menjadi biang keladi radang tenggorokan. Hal ini disebabkan makanan yang masuk, yaitu makanan yang terlalu pedas, terlalu asam, terlalu panas atau dingin, dan makanan-makanan yang terlalu bergetah. Makanan bergetah, contohnya buah-buahan. Jadi, tidak semua buah-buahan aman, khususnya pada mereka yang punya alergi, karena justru dapat membuat iritasi pada tenggorokan.
Untuk mencegahnya, sebaiknya tidak makan buah-buahan dalam jumlah terlalu banyak. Iritasi juga sering terjadi pada mereka yang bekerja di lingkungan pabrik. Instalasi zat kimia yang dihirup bisa menyebabkan iritasi dan radang pada tenggorokan. Oleh sebab itu, penting sekali memakai masker.
Alergi
          Sementara alergi merupakan reaksi hipersensitif bagi orang yang memilikinya. Alergi dapat disebabkan bermacam hal, seperti makanan dan minuman, obat-obatan tertentu, cuaca, dan debu. Zat yang menyebabkan alergi disebut alergen. Jika alergen masuk ke dalam tubuh penderita alergi, tubuh pun akan mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan alergi. Akibatnya, timbul reaksi-reaksi tertentu, seperti gatal-gatal atau batuk-batuk.
          Alergi terhadap suatu makanan dapat menyebabkan reaksi sakit pada tenggorokan. Selain itu, radang tenggorokan sering dialami mereka yang alergi terhadap jenis buah-buahan tertentu dan olahannya, semisal jus. Hati-hati, tidak semua jus aman bagi orang-orang yang mengalami radang tenggorokan berulang karena alergi. Sering batuk dan sakit tenggorokan. Paling sering justru pada jus tomat. Minyak goreng bekas juga sering menjadi penyebab alergi dan mengakibatkan radang tenggorokan. Orang yang alergi terhadap minyak goreng bekas harus selalu mengganti minyak setiap kali akan menggoreng.
                                          
d.   Distribusi penyakit
Untuk faringitis vesikuler dan stomatitis vesikuler tersebar diseluruh dunia keduanya muncul sporadis dan dalam bentuk wabah, insidens tertinggi terjadi pada musim panas dan awal musim gugur terutama menyerang anak-anak dibawah 10 tahun, tetapi kasus dewasa (terutama pada dewasa muda) tidak jarang terjadi. KLB terbatas dari faringitis limfonoduler akut pada anak-anak bisa terjadi pada musim panas dan awal musim gugur. Penyakit-penyakit ini sering muncul sebagai KLB pada anak-anak (misalnya di tempat penitipan anak, tempat bermain anak-anak usia pra-sekolah (3-5 tahun)

e.    Epidemiologi
Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin, tetapi frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak. Faringitis akut jarang ditemukan pada usia dibawah 1 tahun. Insedensi meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa nak-anak dan kehidupan dewasa (Merlina, 2011). Kematian akibat faringitis jarang terjadi, tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit ini.
Pengaruh daya tahan tubuh sangat penting terutama untuk mencegah infeksi oleh karena virus dan bakteri.  Dari hasil penelitian diketahui bahwa Streptokokus merupakan jenis bakteri yang paling sering menyebabkan terjadinya faringitis. Faringitis oleh karena Streptokokus memerlukan perhatian yang serius. Beberapa komplikasi sering muncul saat terjadi infeksi oleh Streptokokus, khususnya Streptokokus Beta-hemolitikum grup A/GAS, diantaranya :
·         Demam rematik
·         Demam jantung rematik
·         Glomerulonefritis (kelainan pada ginjal)
·         Abses peritonsilar
·         Toxic shock syndrome
Komplikasi ini terjadi oleh karena kesalahan sistem imunitas tubuh dalam mengenali antigen (kode pengenal) GAS, yang dikenal dengan sebutan komplek antigen-antibodi. Insidens faringitis cukup sering pada orang dewasa dan lebih sering lagi pada anak-anak. Setiap tahunnya, orang dewasa terinfeksi rhinovirus (penyebab common cold), sebanyak 2-4 kali/tahun. Sedangkan anak-anak antara 6-8 kali/tahun, dan sekitar 10-15% mengalaminya sampai 12 kali/tahun (Merlina, 2011).
Faringitis akut merupakan hal yang umum terjadi di seluruh dunia. Di iklim dingin, paling umum terjadi pada akhir musim gugur, selama musim dingin dan awal musim semi. Di Indonesia umumnya terjadi pada saat pancaroba danselama musim hujan. Faringitis akut adalah keluhan utama pasien pada kunjungan ke dokter. Diperkirakan, tiap tahunya di Amerika Serikat lebih dari 15 juta pasien mengunjungi dokter dengan keluhan sakit tenggorokan.
Faringitis akut paling banyak terjadi pada usia anak-anak yakni antara umur 1 – 10 tahun sebanyak 50 penderita (60,98%), dan berjenis kelamin laki-laki 51 orang (62,20%). Antibiotika yang paling banyak digunakan adalah antibiotika amoksisilin dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari sebanyak 67 kasus (81,70%), yang lama pemberian diberikan selama 7 hari sebanyak 42 kasus (51,22%) dan semuanya diberikan secara oral. Data tersebut terletak di atas hasil dari penelitian WHO yang berkisar antara 22,70% kasus dan di Indonesia 43% kasus yang diberikan antibiotika amoksisilin pada faringitis akut (Merlina, 2011).

f.     Patofisiologi
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu-abu terdapat pada folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan membengkak sehingaa timbul radang pada tenggorok atau faringitis.

g.    Gejala Dan Tanda Parhyngitis
Pada awal penyakit, penderita mengeluh rasa kering atau gatal pada tenggorokan. Sakit kepala adalah keluhan yang biasa. Suhu badan sedikit meningkat, eksudat pada faring menebal. Eksudat ini sulit untuk dikeluarkan, dengan suara parau,usaha dari mengeluarkan dahak dari kerongkongan dan batuk. Dan keparauan ini sering terjadi jika proses peradangan mengenai laring. Ia diikuti oleh demam panas, sakit kepala, bengkak dan kelenjar di leher membesar. Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak yang berumur di antara 4 - 11 tahun.
Dinding faring kemerahan dan menjadi kering, gambaran seperti kaca dan dilapisi oleh sekresi mucus. Jaringan limfoidpun tampak biasanya tampak merah dan membengkak.
Faringitis mempunyai karakteristik yaitu demam yang tiba-tiba, nyeri tenggorokan, nyeri telan, adenopati servikal, malaise dan mual. Faring, palatum, tonsil berwarna kemerahan dan tampak adanya pembengkakan. Eksudat yang purulen mungkin menyertai peradangan. Gambaran leukositosis dengan dominasi neutrofil akan dijumpai. Khusus untuk faringitis oleh streptococcus gejala yang menyertai biasanya berupa demam tiba-tiba yang disertai nyeri tenggorokan, tonsillitis eksudatif, adenopati servikal anterior, sakit kepala, nyeri abdomen, muntah, malaise, anoreksia, dan rash atau urtikaria (Merlina, 2011).

h.   Diagnosis
Untuk mendiagnosa pasien dilakukan pemeriksaan suhu tubuh, mengevaluasi tenggorokan, sinus, telinga, hidung, paru-paru dan leher. Infeksi faring akut umumnya adalah virus, peran diagnostik pada laboratorium dan radiologi terbatas.
Tujuan utama dari pemeriksaan faringitis yaitu untuk membedakan etiologi dari penyakit ini. Langkah pemeriksaan utama yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Demam akibat infeksi streptokokus biasanya lebih dari 38,30C. Faringitis dengan penyebab bakteri dan virus biasanya bertahan dalam waktu 1 minggu, namun faringitis dengan penyebab noninfeksi biasanya lebih lama. Penting untuk menggali informasi mengenai riwayat penyakit pasien, seperti alergi, demam reumatik, dan penyakit imunokompromis.
Pemeriksaan fisik yang terutama pada faringitis yaitu pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan THT. Pada pemeriksaan tenggorokan, dapat ditemukan adanya :
·      Eksudat dan kemerahan pada tonsil
·      Bercak kemerahan pada palatum molle, tampakan lidah seperti stroberi dengan papila yang merah dan lidah yang keputihan
·      Limfadenopati servikal
·      Pada pemeriksaan paru, dapat ditemukan beberapa tanda klinis pada pasien dengan riwayat demam reumatik, yaitu pembengkakan sendi, nyeri, nodul subkutan, eritema marginatum, atau murmur jantung.
Pemeriksaan penunjang dapat berupa :
·         Kultur swab tenggorokan; merupakan tes gold standard. Jenis pemeriksaan ini sering dilakukan. Namun, pemeriksaan ini tidak bisa membedakan fase infektif dan kolonisasi, dan membutuhkan waktu selama 24 – 48 jam untuk mendapatkan hasilnya.
·         Tes infeksi jamur, menggunakan slide dengan pewarnaan KOH
·         Tes Monospot, merupakan tes antibodi heterofil. Tes ini digunakan untuk mengetahui adanya mononukleosis dan dapat mendeteksi penyakit dalam waktu 5 hari hingga 3 minggu setelah infeksi
·         Tes deteksi antigen cepat; tes ini memiliki spesifisitas yang tinggi namun sensitivitasnya rendah
·         Heterophile agglutination assay

i.      Pencegahan, Perawatan dan Pengobatan
Faringitis bakteri yang tidak diobati dapat sembuh dengan sendirinya dalam 3-7 hari. Bila faringitis bakteri diberi antibiotik pada 1-2 hari pertama, masa penyembuhan dan masa penularan akan menjadi lebih pendek. Faringitis virus akan sembuh dalam 1 minggu, lamanya tergantung sistem kekebalan tubuh.
·      Obat antibiotik, seperti Penicillin, atau dapat digantikan dengan erythromycin, tetrasiklin, cephalosporin selama 10 hari walaupun sign and symptoms telah berkurang 5-7 hari.
·      Obat anti piuretik and analgesik, seperti Aspirin atau acetaminophen dan codein sulfate.
·      Patient with dry thorat and distress cough, pemberian antittusive and inhalation.
·      Oral hygiene, mouth care, and liquid intake 2500 mL/day untuk memberikan rasa segar, mencegah kekeringan dan pecah-pecah pada bibir klien.
·      Bila ada peradangan, intake cairan tambahan via infus dalam 24-72 jam.
·      Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup, intake cairan seimbang (terutama bila demam), diit soft or liquid bila terjadi sulit menelan.
Karena hampir seluruh kasus disebabkan oleh virus, maka antibiotik biasanya tidak diperlukan. Infeksi oleh virus (misalnya: batuk-pilek, radang tenggorokan) sama sekali tidak bisa disembuhkan dengan antibiotik. Infeksi virus akan sembuh dengan sendirinya, tubuh akan melawan dengan sistem kekebalan tubuh. Penggunaan antibiotik yang berlebihan justru akan merugikan karena akan membuat menjadi resisten dan antibiotik menjadi tidak mempan untuk melawan infeksi saat dibutuhkan, terutama pada anak-anak. Hanya untuk kasus yang disebabkan bakteri saja antibiotik diperlukan (Merlina, 2011).
Radang tenggorokan karena infeksi harus ditangani dengan menyembuhkan sumbernya. Kalau infeksinya karena gigi, giginya yang ditangani. Demikian juga amandel dan sinusitis. Jika radang tenggorokannya diobati, namun gigi, amandel, atau sinusitis sebagai sumber infeksi tidak ditangani, radang tenggorokannya akan kembali lagi, berulang terus.
Selain kuman, radang tenggorokan juga dapat terjadi karena virus, yaitu saat pilek dan flu. Namun, radang tenggorokan akibat pilek dan flu akan hilang dengan sendirinya, seiring sembuhnya penyakit tersebut. Flu ringan dapat berlomba dengan daya tahan tubuh. Artinya, kalau daya tahan tubuh bagus, dia akan membuat pagar sendiri sehingga tidak selalu perlu antibiotik. Tapi, kalau lebih dari seminggu radang tenggorokan yang menyertai flu tidak hilang, apalagi jika ditambah suara serak, bisa dikategorikan serius. Radang bisa turun ke pita suara,
Radang tenggorokan karena kuman dapat menular melalui ludah, sedangkan yang disebabkan virus lewat udara. Jadi, hati-hati dan perhatikan sekitar kita apakah ada yang sedang mengalami radang tenggorokan.
Alergi tidak dapat diobati karena sudah merupakan bawaan dari lahir. Cara yang paling baik untuk menghindari reaksi alergi adalah dengan menghindari penyebabnya dan meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh. Semakin bagus daya tahan tubuh, semakin rendah kadar kepekaan yang menyebabkan reaksi alergi.
Pada Anak-anak
Bila anak menjadi gelisah, rewel, sulit tidur, lemah, atau lesu karena gejala radang tenggorokan ini, kita dapat membantu meredakan gejalanya. Tidak harus selalu dengan obat, mungkin dengan tindakan yang mudah dan sederhana bisa membantu menenangkan anak
·         Nyeri menelan: banyak minum air hangat, obat kumur, lozenges, parasetamol untuk meredakan nyeri.
·         Demam : banyak minum, parasetamol, kompres hangat atau seka tubuh dengan air hangat.
·         Hidung tersumbat dan berair (meler): banyak minum hangat, anak diuap dengan baskom air hangat, tetes hidung NaCI.

Dalam beberapa kasus, radang tenggorokan karena virus baru sembuh setelah 2 minggu. Yang diperlukan adalah kesabaran dan pengawasan orang tua terhadap gejala anak. Bawalah anak ke dokter bila gejala terlihat makin berat; anak tampak sulit bernapas, kebiruan pada bibir dan/atau kuku, anak tampak gelisah atau justru sangat mengantuk, atau anak batuk/demam berkepanjangan.

2 komentar:

 

Blogger news

Blogroll

About