Pages

Sabtu, 11 Mei 2013

About Me

Amalia Dwi Aryanti, seorang mahasiswi semester 4 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember, Merantau dari kota asal Jombang untuk mewujudkan cita-cita menjadi seorang ahli Kesehatan Masyarakat yang berkompeten (Amin).
Lahir di keluarga bahagia :D Merupakan anak kedua dari dua bersaudara, yang ingin membanggakan kedua orang tua, mama (Dra. Marmi) dan ayahnya (Drs. Sutedjo, M.Pd) . Mempunyai seorang kakak perempuan yang berbeda jarak 8 tahun kelahiran (dr. Ika Rahmawati S).
Sangat menyukai pink, kucing, dan durian.
contact me:
E-mail : amalia_dwiaryanti@yahoo.com
Fb      : Amalia Dwi Aryanti (https://www.facebook.com/amalia.dwi.aryanti)
Twitter : @Liathermopholis (https://twitter.com/Liathermopholis)

Parasit Cacing (Hymenolepis nana)

1  .1 Sejarah
Hymenolepis nana ditemukan oleh Theodor Bilharz pada tahun 1851 dalam usus halus seorang anak di Kairo. Peneliti ini juga yang pertama kali memperkenalkan daur hidup langsung dari Hymenolepis nana. Inang definitifnya meliputi manusia, primata, tikus, dan mencit. Hymenolepis nana menyebabkan penyakit Hymenolepiasis. Hymenolepis nana juga pernah dilaporkan pada tupai,  monyet, dan simpanse.

2.2  Klasifikasi
Kingdom              : Animalia
Phylum                 : Platyhelminthes
Class                     : Cestoda
Ordo                     : Cyclophyllidea
Family                  : Hymenolepididae
Genus                   : Hymenolepis
Species                 : Hymenolepis nana
Nama penyakit     : Hymenolepiasis
    
2.3  Penyebaran penyakit / distribusi geografis
Hymenolepis nana adalah cestoda yang tersebar di seluruh dunia baik (kosmopolit) di daerah beriklim tropis maupun sedang. Seperti Mesir, Sudan, Thailand, India, Jepang, Amerika Selatan, Eropa Selatan, dan juga ditemukan di Indonesia. Infeksi dari Hymenolepis nana ditemukan banyak terdapat pada orang-orang dengan sanitasi yang buruk dan padat. Infeksi cestoda ini pada manusia sering terjadi pada anak-anak, juga terdapat di tikus dan mencit. Survey yang dilakukan di negara-negara menunjukkan frekuensi dari 0,2- 3,7% walaupun di daerah-daerah tertentu 10% dari anak-anak menderita infeksi ini. Di Amerika Serikat bagian selatan frekuensinya 0,3-2,9%. Infeksi ini kebanyakan terbatas pada anak-anak dibawah umur 15 tahun. Frekuensinya agak lebih tinggi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dan presentase infeksi pada orang negro kira-kira setengahnya dari bangsa kulit putih.
2.4  Morfologi dan siklus hidup
a.      Morfologi
Hymenolepis nana berbentuk seperti benang dan  mempunyai ukuran terkecil jika dibandingkan dari golongan cestoda yang ditemukan pada manusia,. Panjangnya kira-kira 25-40 mm dan lebarnya 1 mm. Terbagi atas kepala (skoleks), leher dan sederet segmen-segmen yang membentuk rantai (strobila).
Skoleks berbentuk bulat kecil, mempunyai 4 batil isap dan rostellum yang pendek dilengkapi dengan satu deret kait berjumlah 20-30 kait yang berfungsi untuk melekatkan diri pada permukaan mukosa intestin inang. Dibelakang kepala terdapat leher yang merupakan bagian yang bersifat poliferatif untuk membentuk segmen-segmen baru. Strobila terdiri atas proglotid-proglotid immature (segmen muda) – mature (segmen dewasa) – dan gravid, kurang lebih 200 segmen. Segmen dewasa (segmen mature) memiliki satu set alat reproduksi sendiri. Lubang genital terletak unilateral, terdapat 3 testis dan 1 ovarium.
Ukuran strobila biasanya berbanding terbalik dengan jumlah cacing yang ada dalam hospes. Strobila dimulai dengan proglotid imatur yang sangat pendek dan sempit, lebih ke distal menjadi lebih lebar dan luas. Pada ujung distal strobila membulat. Didalam proglotid gravid uterus membentuk kantong mengandung 80-180 telur.
Telur keluar dari proglotid paling distal  (proglotid gravid) yang hancur. Bentuknya lonjong, mirip buah lemon (ovoid) berukuran 30-47 mikron, mempunyai lapisan kulit yang terdiri dari dua membran sebelah dalam dengan penebalan pada kedua kutub, dari masing-masing kutub keluar 4-8 filamen. Telur berisi embrio heksakan atau embrio dengan 3 pasang kait (onkosfer).
Penyerapan makanan melalui tegumen (bagian luar tubuh cestoda yang berfungsi absortif dan metabolit) dan alat ekskresinya berupa sel api (flame cell).
b.      Siklus Hidup
Cacing dewasa hidup di usus halus beberapa minggu untuk mengalami perkembangbiakan dari proglotid immature menjadi mature selanjutnya menjadi proglotid gravid yang mengandung banyak telur cacing pada uterusnya. Proglotid gravid akan melepaskan diri dan bila pecah maka keluarlah telur cacing yang bisa dikeluarkan bersama feses manusia1. Telur Cacing ini kemudian termakan oleh serangga.2 Cacing ini tidak memerlukan hospes perantara. Bila telur tertelan kembali oleh manusia (Manusia dan hewan lainnya (tikus) terinfeksi ketika mereka sengaja atau tidak sengaja makan bahan yang terkontaminasi oleh serangga)3, maka di rongga usus halus telur menetas dan membentuk larva sistiserkoid, kemudian keluar ke rongga usus dan menjadi dewasa dalam waktu 2 minggu atau lebih4,5. Apabila sistiserkoid pecah maka keluarlah skolek yang selanjutnya akan melekat pada mukosa usus6. Skolek akan berkembang lebih lanjut menghasilkan proglotid immature, dan seterusnya berulang siklus tersebut (Proses pendewasaan kurang lebih 2 minggu)7.
Orang dewasa kurang rentan dibandingkan dengan anak. Kadang-kadang telur dapat menetas di rongga usus halus menjadi sistiserkoid sebelum dilepaskan bersama tinja9. Keadaan ini disebut autoinfeksi internal. Autoinfeksi dapat terjadi pada infeksi Hymenolepis nana, dimana telur mampu mengeluarkan embrio hexacanth mereka yang kemudian menembus villus dan meneruskan siklus infektif tanpa melalui lingkungan luar. Hal ini menyebabkan cacing dapat memperbanyak diri dalam tubuh hospes. Masa hidup cacing dewasa adalah 4-6 minggu, tetapi autoinfeksi internal memungkinkan infeksi bertahan selama bertahun-tahun. Cacing di dalam usus dapat mencapai jumlah 1.000 sampai 8.000 ekor pada seorang penderita.
2.5  Mekanisme transmisi
Penularan tergantung pada kontak langsung, karena telurnya yang resistennya lemah, yang tidak tahan terhadap panas dan pengeringan, tidak dapat hidup lama diluar hospes. Infeksi ditularkan langsung dari tangan ke mulut (fecal-oral route) dan makanan atau air yang terkontaminasi. Kebiasaan yang kurang bersih pada anak-anak menguntungkan adanya parasit ini pada golongan umur rendah. Hal ini sering terjadi pada anak-anak umur 15 tahun ke bawah. Kontaminasi terhadap tinja tikus perlu mendapat perhatian. Infeksi pada manusia selalu disebabkan oleh telur yang tertelan dari benda-benda yang terkena tanah, dari tempat buang air atau langgsung dari anus ke mulut. Kebiasaan hidup tidak hygienis memungkinkan terjadinya infeksi ini. Kebersihan perorangan terutama pada keluarga besar dan di perumahan panti asuhan harus diutamakan.

2.6  Sumber infeksi / hospes
Hospes definitifnya meliputi manusia, primata, tikus, dan mencit. Hymenolepis nana menyebabkan penyakit Hymenolepiasis. Hymenolepis nana juga pernah dilaporkan pada tupai,  monyet, dan simpanse.

2.7  Patofisiologi dan gejala klinis
Parasit ini biasanya tidak menyebabkan gejala. Jumlah yang besar dari cacing yang menempel pada dinding usus halus menimbulkan iritasi mukosa usus. Kelainan yang sering timbul adalah toksemia umum karena penyerapan sisa metabolit dari parasit masuk kedalam sistem peredaran darah penderita. Pada anak kecil dengan infeksi berat, cacing ini kadang-kadang menyebabkan keluhan neurologi yang gawat, berkurang berat badan, kurang nafsu makan, insomnia, mengalami sakit perut dengan atau tanpa diare, nausea, muntah, kejang-kejang, sukar tidur dan pusing. Bila supersensitif terjadi alergi. Eosinofilia sebesar 8-16%. Sakit perut, obstipasi dan anoreksia merupakan gejala ringan.

2.8  Diagnosis dan terapi
Diagnosa laboratorium dapat dilaksanakan dengan memukan telur atau bagian dari cacing dewasa pada sediaan tinja. Pemeriksaan dapat dilakukan secara langsung atau dengan cara tak langsung (konsentrasi). Pemeriksaan jumlah eosinofil dalam darah hanya sebagai pendukung, biasanya pada kasus infeksi parasit ini eosinofil akan meningkat 8 – 16 %.

2.9  Usaha-usaha pencegahan
Pencegahannya sukar, karena penularan terjadi langsung dan hanya satu hospes yang terlibat dalam lingkaran hidupnya. Pemberantasannya terutama tergantung pada perbaikan kebiasaan kebersihan pada anak. Pengobatan orang yang mengandung cacing ini, sanitasi lingkungan, menghindarkan makanan dan minuman dari kontaminasi, hindari pembuangan tinja sembarangan dan pemberantasan binatang pengerat (rodentia) juga dapat dilakukan.

2.10                      Pengobatan
Prazikuantel (dosis tunggal 25mg/kgBB) atau niklosamid adalah obat yang terpilih dan obat pertama yang memiliki evektifitas tinggi untuk infeksi H. nana.  Obat ini menyebabkan vakuolisasi dan vesikulasi tegumen cacing sehingga isi cacing keluar, mekanisme pertahanan tubuh hospes dipacu dan terjadi kehancuran cacing. Niklosamid dapat diberikan pada dosis 60-80 mg/kgBB selama 5-7  hari dan dapat diulang 10 hari kemudian untuk membunuh cacing yang berkembang di dalam vili pada saat obat pertama diberikan. Obat ini bekerja menghambat fosforilasi anaerobik ADP yang merupakan proses pembentukan energi pada cacing, sehingga cacing yang dipengaruhi akan rusak di sebagian skoleks, dan segmen di cerna sehingga tidak ditemukan lagi di dalam tinja. Bila masih ditemukan Hymenolepis nana setelah masa pengobatan berakhir, dapat diberikan tambahan seperti peningkatan dosis atau pemberian antiparasit (atabrine, bitional) dalam waktu yang lebih lama.

Timbal (Pb) dan Bahayanya Bagi Tubuh


Timbal (Pb) dan Bahayanya Bagi Tubuh

Timbal atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur merupakan logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami termasuk letusan gunung berapi dan proses geokimia. Pb merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5 ºC dan titik didih 1.740 ºC pada tekanan atmosfer. Timbal mempunyai nomor atom terbesar dari semua unsur yang stabil, yaitu 82. Namun logam ini sangat beracun. Seperti halnya merkuri yang juga merupakan logam berat. Timbal adalah logam yang yang dapat merusak sistem syaraf jika terakumulasi dalam jaringan halus dan tulang untuk waktu yang lama. Timbal terdapat dalam beberapa isotop: 204Pb (1.4%), 206Pb (24.1%), 207Pb (22.1%), and 208Pb (52.4%). 206Pb, 207Pb and 208Pb kesemuanya adalah radiogenic dan merupakan produk akhir dari pemutusan rantai kompleks. Logam ini sangat resistan (tahan) terhadap korosi, oleh karena itu seringkali dicampur dengan cairan yang bersifat korosif (seperti asam sulfat). 

Sumber Pencemar Timbal (Pb) dan Alur Pajanan  
Pencemaran lingkungan oleh timbal kebanyakan berasal dari aktifitas manusia yang mengekstraksi dan mengeksploitasi logam tersebut. Timbal digunakan untuk berbagai kegunaan terutama sebagai bahan perpipaan, bahan aditif untuk bensin, baterai, pigmen dan amunisi. Sumber potensial pajanan timbal dapat bervariasi di berbagai lokasi.
Manusia menyerap timbal melalui udara, debu, air dan makanan. Salah satu penyebab kehadiran timbal adalah pencemaran udara. Yaitu akibat kegiatan transportasi darat yang menghasilkan bahan pencemar seperti gas CO2, NOx, hidrokarbon, SO2,dan tetraethyl lead, yang merupakan bahan logam timah hitam (timbal) yang ditambahkan ke dalam bahan bakar berkualitas rendah untuk menurunkan nilai oktan. Gambar 2.1 menunjukkan alur pajanan timbal terhadap manusia.

 Dampak Pb terhadap Kesehatan
Pb sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan kesehatan dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap, disimpan dan kemudian ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb merupakan faktor penting yang mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh. Tidak semua Pb yang terisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan, dan kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya.
Dampak dari timbal sendiri sangat mengerikan bagi manusia, utamanya bagi anak-anak. Di antaranya
adalah mempengaruhi fungsi kognitif, kemampuan belajar, memendekkan tinggi badan, penurunan fungsi pendengaran, mempengaruhi perilaku dan intelejensia, merusak fungsi organ tubuh, seperti ginjal, sistem syaraf, dan reproduksi, meningkatkan tekanan darah dan mempengaruhi perkembangan otak. Dapat pula menimbulkan anemia dan bagi wanita hamil yang terpajan timbal akan mengenai anak yang disusuinya dan terakumulasi dalam ASI.
Pada jaringan atau organ tubuh logam Pb akan terakumulasi pada tulang. Karena dalam bentuk ion Pb2+, logam ini mampu menggantikan keberadaan ion Ca2+ (kalsium) yang terdapat pada jaringan tulang. Disamping itu pada wanita hamil logam Pb dapat dapat melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin dan selanjutnya setelah bayi lahir Pb akan dikeluarkan bersama air susu. Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit ternyata logam Pb ini sangat berbahaya. Hal itu disebabkan senyawa-senyawa Pb dapat memberikan efek racun terhadap berbagai macam fungsi organ tubuh.
Sel-sel darah merah merupakan suatu bentuk kompleks khelat yang dibentuk oleh laogam Fe dengan gugus haeme dan globin. Sintesis dari kompleks tersebut melibatkan dua macam enzim ALAD (Amino Levulinic Acid Dehidrase) atau asam amino levulinat dehidrase dan enzim jenis sitoplasma. Enzim ini akan bereaksi secara aktif pada tahap awal sintesis dan selama sirkulasi sel darah merah berlangsung. Adapun enzim ferrokhelatase termasuk pada golongan enzim mitokondria. Enzim ferrokhelatase ini akan berfungsi pada akhir proses sintesis.
Keracunan akibat kontaminasi logam Pb dapat menimbulkan berbagai macam hal :
  • Meningkatkan kadar ALAD dalam darah dan urine
  • Meningkatkan kadar protopporhin dlam sel darah merah
  • Memperpendek umum sel darah merah
  • Menurunkan jumlah sel darah merah dan kadar sel-sel darah merah yang masih muda
  • Meningkatkan kandungan logam Fe dalam plasma darah
Kontribusi Pb di udara terhadap absorpsi oleh tubuh lebih sulit diperkirakan. Distribusi ukuran partikel dan kelarutan Pb dalam partikel juga harus dipertimbangkan biasanya kadar Pb di udara sekitar 2 g/m3 dan dengan asumsi 30% mengendap di saluran pernapasan dan absorpsi sekitar 14 g/per hari. Mungkin perhitungan ini bisa dianggap terlalu besar dan partikel Pb yang dikeluarkan dari kendaraan bermotor ternyata bergabung dengan filamen karbon dan lebih kecil dari yang diperkirakan walaupun agregat ini sangat kecil (0,1 m) jumlah yang tertahan di alveoli mungkin kurang dari 10%. Uji kelarutan menunjukkan bahwa Pb berada dalam bentuk yang sukar larut. Hampir semua organ tubuh mengandung Pb dan kira-kira 90% dijumpai di tulang, kandungan dalam darah kurang dari 1% kandungan dalam darah dipengaruhi oleh asupan yang baru (dalam 24 jam terakhir).
Secara umum efek timbal terhadap kesehatan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
  • Sistem syaraf dan kecerdasan
Efek timbal terhadap sistem syaraf telah diketahui, terutama dalam studi kesehatan kerja dimana pekerja yang terpajan kadar timbal yang tinggi dilaporkan menderita gejala kehilangan nafsu makan, depresi, kelelahan, sakit kepala, mudah lupa, dan pusing. Pada tingkat pajanan yang lebih rendah, terjadi penurunan kecepatan bereaksi, memburuknya koordinasi tangan-mata, dan menurunnya kecepatan konduksi syaraf. Efek timbal terhadap keerdasan anak telah banyak diteliti, dan studi menunjukkan timbal memiliki efek menurunkan IQ bahkan pada tingkat pajanan rendah. Peningkatan kadar timbal dalam darah sebesar 10 µg/dl hingga 20 µg/dl dapat menurunkan IQ sebesar 2.6 poin. Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa kenaikan kadar timbal dalam darah di atas 20 µg/dl dapat mengakibatkan penurunan IQ sebesar 2-5 poin.
  • Efek sistemik
Studi menunjukkan hubungan antara meningkatnya tekanan darah dengan BLL paling banyak ditemukan pada kasus pajanan terhadap laki-laki dewasa. Schwartz (1995) dalam laporan WHO menunjukkan bahwa penurunan BLL sebesar 10 µg/dl to 5 µg/dl menyebabkan penurunan tekanan darah sebsar 1.25 mmHg. Pada wanita dewasa, hubungan antara BLL dengan tekanan darah tidak terlalu kuat dan jarang ditemukan.
Efek sistemik lainnya adalah gejala gastrointestinal. Keracunan timbal dapat berakibat sakit perut, konstipasi, kram, mual, muntah, anoreksia, dan kehilangan berat badan.
  • Efek timbal terhadap reproduksi 
Efek timbal terhadap reproduksi dapat terjadi pada pria dan wanita dan telah diketahui sejak abad 19, dimana pada masa itu timbal bahkan digunakan untuk menggugurkan kandungan. Pajanan timbal pada wanita di masa kehamilan telah dilaporkan dapat memperbesar resiko keguguran, kematian bayi dalam kandungan, dan kelahiran prematur. Pada laki-laki, efek timbal antara lain menurunkan jumlah sperma dan meningkatnya jumlah sperma abnormal.

Faringitis


FARINGITIS
a.    Pengertian
Faringitis (dalam bahasa latin; pharyngitis), adalah sebuah penyakit yang menyerang tenggorokan atau faring (Merlina, 2011). Kadangkala juga disebut sebagai radang tenggorokan. Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau bakteri, disebabkan daya tahan yang lemah. Pengobatan dengan antibiotika hanya efektif apabila karena terkena bakteri. Biasanya disebabkan oleh bakteri streptokokus grup A. Namun bakteri lain seperti n. gonorrhoeae, c.diphtheria, h. influenza juga dapat menyebabkan faringitis. Apabila disebabkan oleh infeksi virus biasanya oleh rhinovirus, adenovirus, parainfluenza virus dan coxsackie virus. Dapat pula disebabkan oleh berbagai faktor pendukung seperti adanya rangsangan oleh asap, uap dan zat kimia.
Faringitis akut merupakan penyakit menular yang dapat ditularkan melalui percikan saliva. Faktor predisposisi yang membantu timbulnya penyakit flu, yaitu turunnya daya tahan tubuh karena infeksi virus (seperti virus influenza), flu, makanan kurang bergizi, konsumsi, alkohol yang berlebihan, gejala dari penyakit scarlet fever, pneumonia, pertusis dan sebagainya. Faringitis akut dapat mengakibatkan rasa sakit pada tenggorokan, perasaan tidak nyaman, nyeri atau rasa gatal pada tenggorokan.

b.   Klasifikasi
a.    Berdasarkan lama berlangsungnya
Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh  virus dan bakteri yaitu streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang masih berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk.Faringitis ini terjadinya masih baru,belum berlangsung lama.
Faringitis kronis adalah radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok.Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan berdebu,menggunakan suara berlebihan, menderita batu kronik, dan kebiasan menkonsumsi alcohol dan tembakau. Faringitis kronik dibagi menjadi 3, yaitu: Faringitis hipertrofi,ditandai dengan penebalan umum dan kongesti membran mukosa. Faringitis atrofi  merupakan tahap lanjut dari faringitis hipertrofi (membran tipis, keputihan,licin dan pada waktunya berkerut). Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan folikel limfe pada dinding faring (Merlina, 2011).

c.    Etiologi
Faringitis akut memberikan konstribusi 40 juta kunjungan penderita berobat ke tenaga kesehatan tiap tahunnya. Sebagian besar anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 infeksi saluran nafas atas (termasuk didalamnya faringitis akut) tiap tahunnya. Faringitis dapat menular melalui udara yaitu melalui percikan saliva/ludah dari orang yang menderita faringitis akut. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh virus dan bakteri, dipermudah oleh adanya rangsangan seperti asap, uap dan zat kimia.
Ada tiga penyebab radang tenggorokan yang gejalanya dapat berupa rasa sakit di bagian tersebut, susah menelan, susah bernapas, batuk, dan demam. Ada kalanya terjadi pembengkakan di leher. Penyebabnya adalah infeksi, iritasi atau alergi. Sekitar 90% dari kasus radang tenggorokan yang disertai hidung berair, demam, dan nyeri telinga disebabkan oleh virus. Bakteri menjadi penyebab dari 10% kasus sisanya (Merlina, 2011).
Biasanya penyakit ini didahului oleh virus. Virus yang menyebabkan faringitis akut sama seperti virus yang menyebabkan tonsilitis akut, yaitu : adeno virus, ECHO virus influenza dan herpes.
Bakteri penyebab faringitis akut 25% disebabkan oleh bakteri Streptokokus β haemolitikus group A. Selain itu dapat juga disebabkan oleh Streptokokus non haemolitikus, pneumokokus, basil influenza, Stafilococcus dan diphteroid.
Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh yang disebabkan infeksi virus influenza, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan, gejala predormal dari penyakit scarlet fever dan seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang menderita sakit tenggorokan atau demam.
Gejala infeksi bakteri Streptokokus adalah tenggorokan yang berwarna merah daging dan tonsil yang mengeluarkan cairan. Untuk mendiagnosis bakteri ini sebagai penyebab secara pasti adalah dengan melakukan usap tenggorok untuk kemudian dikultur serta dilakukan pemeriksaan darah.
Infeksi
Infeksi yang menyebabkan radang tenggorokan bisa bersumber dari 3 hal, yakni kesehatan mulut dan gigi, amandel sebagai sumber infeksi, dan sinusitis.
Kurang menjaga kebersihan bagian mulut, khususnya gigi, dapat menyebabkan radang tenggorokan. Gigi yang busuk atau berlubang menjadi tempat berkumpulnya bakteri. Bakteri inilah yang kemudian masuk ke dalam tenggorokan dan menyebabkan infeksi. Untuk mencegahnya, harus rajin menjaga kebersihan mulut dan gigi. Kalau ada gigi yang busuk atau berlubang, harus langsung ditangani. Misalnya, ditambal atau dicabut.
Infeksi pada amandel juga dapat menyebabkan terjadinya radang tenggorokan. Amandel sebenarnya sangat berfungsi pada anak usia 4 10 tahun karena ia merupakan bagian dari pertahanan tubuh. Terutama pernapasan bagian atas. Amandel yang sudah tidak berfungsi lagi akan menjadi tempat berkumpulnya bakteri sehingga menyebabkan infeksi pada tenggorokan.
Sumber ketiga penyebab infeksi tenggorokan adalah sinusitis. Setiap orang punya beberapa pasang organ yang disebut sinus paranasal, ada di pipi, di dekat mata, di dahi, dan di dekat otak. Jika organ ini meradang, itu yang disebut sinusitis. Pada orang dengan sinusitis kronis, lendir akan terus-menerus mengalir di belakang tenggorokan dan hidung. Hal ini menimbulkan iritasi ke tenggorokan dan menyebabkan radang.
              Iritasi
                        Iritasi juga bisa menjadi biang keladi radang tenggorokan. Hal ini disebabkan makanan yang masuk, yaitu makanan yang terlalu pedas, terlalu asam, terlalu panas atau dingin, dan makanan-makanan yang terlalu bergetah. Makanan bergetah, contohnya buah-buahan. Jadi, tidak semua buah-buahan aman, khususnya pada mereka yang punya alergi, karena justru dapat membuat iritasi pada tenggorokan.
Untuk mencegahnya, sebaiknya tidak makan buah-buahan dalam jumlah terlalu banyak. Iritasi juga sering terjadi pada mereka yang bekerja di lingkungan pabrik. Instalasi zat kimia yang dihirup bisa menyebabkan iritasi dan radang pada tenggorokan. Oleh sebab itu, penting sekali memakai masker.
Alergi
          Sementara alergi merupakan reaksi hipersensitif bagi orang yang memilikinya. Alergi dapat disebabkan bermacam hal, seperti makanan dan minuman, obat-obatan tertentu, cuaca, dan debu. Zat yang menyebabkan alergi disebut alergen. Jika alergen masuk ke dalam tubuh penderita alergi, tubuh pun akan mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan alergi. Akibatnya, timbul reaksi-reaksi tertentu, seperti gatal-gatal atau batuk-batuk.
          Alergi terhadap suatu makanan dapat menyebabkan reaksi sakit pada tenggorokan. Selain itu, radang tenggorokan sering dialami mereka yang alergi terhadap jenis buah-buahan tertentu dan olahannya, semisal jus. Hati-hati, tidak semua jus aman bagi orang-orang yang mengalami radang tenggorokan berulang karena alergi. Sering batuk dan sakit tenggorokan. Paling sering justru pada jus tomat. Minyak goreng bekas juga sering menjadi penyebab alergi dan mengakibatkan radang tenggorokan. Orang yang alergi terhadap minyak goreng bekas harus selalu mengganti minyak setiap kali akan menggoreng.
                                          
d.   Distribusi penyakit
Untuk faringitis vesikuler dan stomatitis vesikuler tersebar diseluruh dunia keduanya muncul sporadis dan dalam bentuk wabah, insidens tertinggi terjadi pada musim panas dan awal musim gugur terutama menyerang anak-anak dibawah 10 tahun, tetapi kasus dewasa (terutama pada dewasa muda) tidak jarang terjadi. KLB terbatas dari faringitis limfonoduler akut pada anak-anak bisa terjadi pada musim panas dan awal musim gugur. Penyakit-penyakit ini sering muncul sebagai KLB pada anak-anak (misalnya di tempat penitipan anak, tempat bermain anak-anak usia pra-sekolah (3-5 tahun)

e.    Epidemiologi
Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin, tetapi frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak. Faringitis akut jarang ditemukan pada usia dibawah 1 tahun. Insedensi meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa nak-anak dan kehidupan dewasa (Merlina, 2011). Kematian akibat faringitis jarang terjadi, tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit ini.
Pengaruh daya tahan tubuh sangat penting terutama untuk mencegah infeksi oleh karena virus dan bakteri.  Dari hasil penelitian diketahui bahwa Streptokokus merupakan jenis bakteri yang paling sering menyebabkan terjadinya faringitis. Faringitis oleh karena Streptokokus memerlukan perhatian yang serius. Beberapa komplikasi sering muncul saat terjadi infeksi oleh Streptokokus, khususnya Streptokokus Beta-hemolitikum grup A/GAS, diantaranya :
·         Demam rematik
·         Demam jantung rematik
·         Glomerulonefritis (kelainan pada ginjal)
·         Abses peritonsilar
·         Toxic shock syndrome
Komplikasi ini terjadi oleh karena kesalahan sistem imunitas tubuh dalam mengenali antigen (kode pengenal) GAS, yang dikenal dengan sebutan komplek antigen-antibodi. Insidens faringitis cukup sering pada orang dewasa dan lebih sering lagi pada anak-anak. Setiap tahunnya, orang dewasa terinfeksi rhinovirus (penyebab common cold), sebanyak 2-4 kali/tahun. Sedangkan anak-anak antara 6-8 kali/tahun, dan sekitar 10-15% mengalaminya sampai 12 kali/tahun (Merlina, 2011).
Faringitis akut merupakan hal yang umum terjadi di seluruh dunia. Di iklim dingin, paling umum terjadi pada akhir musim gugur, selama musim dingin dan awal musim semi. Di Indonesia umumnya terjadi pada saat pancaroba danselama musim hujan. Faringitis akut adalah keluhan utama pasien pada kunjungan ke dokter. Diperkirakan, tiap tahunya di Amerika Serikat lebih dari 15 juta pasien mengunjungi dokter dengan keluhan sakit tenggorokan.
Faringitis akut paling banyak terjadi pada usia anak-anak yakni antara umur 1 – 10 tahun sebanyak 50 penderita (60,98%), dan berjenis kelamin laki-laki 51 orang (62,20%). Antibiotika yang paling banyak digunakan adalah antibiotika amoksisilin dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari sebanyak 67 kasus (81,70%), yang lama pemberian diberikan selama 7 hari sebanyak 42 kasus (51,22%) dan semuanya diberikan secara oral. Data tersebut terletak di atas hasil dari penelitian WHO yang berkisar antara 22,70% kasus dan di Indonesia 43% kasus yang diberikan antibiotika amoksisilin pada faringitis akut (Merlina, 2011).

f.     Patofisiologi
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu-abu terdapat pada folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan membengkak sehingaa timbul radang pada tenggorok atau faringitis.

g.    Gejala Dan Tanda Parhyngitis
Pada awal penyakit, penderita mengeluh rasa kering atau gatal pada tenggorokan. Sakit kepala adalah keluhan yang biasa. Suhu badan sedikit meningkat, eksudat pada faring menebal. Eksudat ini sulit untuk dikeluarkan, dengan suara parau,usaha dari mengeluarkan dahak dari kerongkongan dan batuk. Dan keparauan ini sering terjadi jika proses peradangan mengenai laring. Ia diikuti oleh demam panas, sakit kepala, bengkak dan kelenjar di leher membesar. Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak yang berumur di antara 4 - 11 tahun.
Dinding faring kemerahan dan menjadi kering, gambaran seperti kaca dan dilapisi oleh sekresi mucus. Jaringan limfoidpun tampak biasanya tampak merah dan membengkak.
Faringitis mempunyai karakteristik yaitu demam yang tiba-tiba, nyeri tenggorokan, nyeri telan, adenopati servikal, malaise dan mual. Faring, palatum, tonsil berwarna kemerahan dan tampak adanya pembengkakan. Eksudat yang purulen mungkin menyertai peradangan. Gambaran leukositosis dengan dominasi neutrofil akan dijumpai. Khusus untuk faringitis oleh streptococcus gejala yang menyertai biasanya berupa demam tiba-tiba yang disertai nyeri tenggorokan, tonsillitis eksudatif, adenopati servikal anterior, sakit kepala, nyeri abdomen, muntah, malaise, anoreksia, dan rash atau urtikaria (Merlina, 2011).

h.   Diagnosis
Untuk mendiagnosa pasien dilakukan pemeriksaan suhu tubuh, mengevaluasi tenggorokan, sinus, telinga, hidung, paru-paru dan leher. Infeksi faring akut umumnya adalah virus, peran diagnostik pada laboratorium dan radiologi terbatas.
Tujuan utama dari pemeriksaan faringitis yaitu untuk membedakan etiologi dari penyakit ini. Langkah pemeriksaan utama yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Demam akibat infeksi streptokokus biasanya lebih dari 38,30C. Faringitis dengan penyebab bakteri dan virus biasanya bertahan dalam waktu 1 minggu, namun faringitis dengan penyebab noninfeksi biasanya lebih lama. Penting untuk menggali informasi mengenai riwayat penyakit pasien, seperti alergi, demam reumatik, dan penyakit imunokompromis.
Pemeriksaan fisik yang terutama pada faringitis yaitu pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan THT. Pada pemeriksaan tenggorokan, dapat ditemukan adanya :
·      Eksudat dan kemerahan pada tonsil
·      Bercak kemerahan pada palatum molle, tampakan lidah seperti stroberi dengan papila yang merah dan lidah yang keputihan
·      Limfadenopati servikal
·      Pada pemeriksaan paru, dapat ditemukan beberapa tanda klinis pada pasien dengan riwayat demam reumatik, yaitu pembengkakan sendi, nyeri, nodul subkutan, eritema marginatum, atau murmur jantung.
Pemeriksaan penunjang dapat berupa :
·         Kultur swab tenggorokan; merupakan tes gold standard. Jenis pemeriksaan ini sering dilakukan. Namun, pemeriksaan ini tidak bisa membedakan fase infektif dan kolonisasi, dan membutuhkan waktu selama 24 – 48 jam untuk mendapatkan hasilnya.
·         Tes infeksi jamur, menggunakan slide dengan pewarnaan KOH
·         Tes Monospot, merupakan tes antibodi heterofil. Tes ini digunakan untuk mengetahui adanya mononukleosis dan dapat mendeteksi penyakit dalam waktu 5 hari hingga 3 minggu setelah infeksi
·         Tes deteksi antigen cepat; tes ini memiliki spesifisitas yang tinggi namun sensitivitasnya rendah
·         Heterophile agglutination assay

i.      Pencegahan, Perawatan dan Pengobatan
Faringitis bakteri yang tidak diobati dapat sembuh dengan sendirinya dalam 3-7 hari. Bila faringitis bakteri diberi antibiotik pada 1-2 hari pertama, masa penyembuhan dan masa penularan akan menjadi lebih pendek. Faringitis virus akan sembuh dalam 1 minggu, lamanya tergantung sistem kekebalan tubuh.
·      Obat antibiotik, seperti Penicillin, atau dapat digantikan dengan erythromycin, tetrasiklin, cephalosporin selama 10 hari walaupun sign and symptoms telah berkurang 5-7 hari.
·      Obat anti piuretik and analgesik, seperti Aspirin atau acetaminophen dan codein sulfate.
·      Patient with dry thorat and distress cough, pemberian antittusive and inhalation.
·      Oral hygiene, mouth care, and liquid intake 2500 mL/day untuk memberikan rasa segar, mencegah kekeringan dan pecah-pecah pada bibir klien.
·      Bila ada peradangan, intake cairan tambahan via infus dalam 24-72 jam.
·      Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup, intake cairan seimbang (terutama bila demam), diit soft or liquid bila terjadi sulit menelan.
Karena hampir seluruh kasus disebabkan oleh virus, maka antibiotik biasanya tidak diperlukan. Infeksi oleh virus (misalnya: batuk-pilek, radang tenggorokan) sama sekali tidak bisa disembuhkan dengan antibiotik. Infeksi virus akan sembuh dengan sendirinya, tubuh akan melawan dengan sistem kekebalan tubuh. Penggunaan antibiotik yang berlebihan justru akan merugikan karena akan membuat menjadi resisten dan antibiotik menjadi tidak mempan untuk melawan infeksi saat dibutuhkan, terutama pada anak-anak. Hanya untuk kasus yang disebabkan bakteri saja antibiotik diperlukan (Merlina, 2011).
Radang tenggorokan karena infeksi harus ditangani dengan menyembuhkan sumbernya. Kalau infeksinya karena gigi, giginya yang ditangani. Demikian juga amandel dan sinusitis. Jika radang tenggorokannya diobati, namun gigi, amandel, atau sinusitis sebagai sumber infeksi tidak ditangani, radang tenggorokannya akan kembali lagi, berulang terus.
Selain kuman, radang tenggorokan juga dapat terjadi karena virus, yaitu saat pilek dan flu. Namun, radang tenggorokan akibat pilek dan flu akan hilang dengan sendirinya, seiring sembuhnya penyakit tersebut. Flu ringan dapat berlomba dengan daya tahan tubuh. Artinya, kalau daya tahan tubuh bagus, dia akan membuat pagar sendiri sehingga tidak selalu perlu antibiotik. Tapi, kalau lebih dari seminggu radang tenggorokan yang menyertai flu tidak hilang, apalagi jika ditambah suara serak, bisa dikategorikan serius. Radang bisa turun ke pita suara,
Radang tenggorokan karena kuman dapat menular melalui ludah, sedangkan yang disebabkan virus lewat udara. Jadi, hati-hati dan perhatikan sekitar kita apakah ada yang sedang mengalami radang tenggorokan.
Alergi tidak dapat diobati karena sudah merupakan bawaan dari lahir. Cara yang paling baik untuk menghindari reaksi alergi adalah dengan menghindari penyebabnya dan meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh. Semakin bagus daya tahan tubuh, semakin rendah kadar kepekaan yang menyebabkan reaksi alergi.
Pada Anak-anak
Bila anak menjadi gelisah, rewel, sulit tidur, lemah, atau lesu karena gejala radang tenggorokan ini, kita dapat membantu meredakan gejalanya. Tidak harus selalu dengan obat, mungkin dengan tindakan yang mudah dan sederhana bisa membantu menenangkan anak
·         Nyeri menelan: banyak minum air hangat, obat kumur, lozenges, parasetamol untuk meredakan nyeri.
·         Demam : banyak minum, parasetamol, kompres hangat atau seka tubuh dengan air hangat.
·         Hidung tersumbat dan berair (meler): banyak minum hangat, anak diuap dengan baskom air hangat, tetes hidung NaCI.

Dalam beberapa kasus, radang tenggorokan karena virus baru sembuh setelah 2 minggu. Yang diperlukan adalah kesabaran dan pengawasan orang tua terhadap gejala anak. Bawalah anak ke dokter bila gejala terlihat makin berat; anak tampak sulit bernapas, kebiruan pada bibir dan/atau kuku, anak tampak gelisah atau justru sangat mengantuk, atau anak batuk/demam berkepanjangan.
 

Blogger news

Blogroll

About